Happy Sunday pals ! Kemarin saya akhirnya (baru) nonton The Great Gasby. Yang sepertinya mulai kalah bersaing sama Fast & Furious yang menang main di 6 theater dari 10 theater yang Blitz Paris van java Bandung punya ckck. Akhirnya saya dapet 2 tiket nonton The Great Gasby yang cuman 1 schedule dan 1 theatre pula dan cuman 3D pula.
Whenever you feel like criticizing any one, just remember that all the people in this world haven't had the advantages that you've had
kalimat pertama di buku Scott Fitzgerald, yang kurang lebih sama juga muncul di film yang judulnya sama dengan buku asli adaptasi nya ini. Mungkin emang itu perasaan yang terngiang sama Nick Carraway (Tobey Macguire) tentang pria yang sebentar dia kenal dan sebentar juga dia akhirnya ngerasa akrab, Jay Gasby (Leonardo Dicaprio). I was within and without. Simultaneously enchanted and repelled by the inexhaustible variety of life.
Jadi overall film ini menceritakan romance yang diselimuti bumbu perselingkuhan, rahasia pribadi dan ambisi. Carraway yang disini sebenernya main role tiba-tiba dilibatkan dengan permasalahan sepupu ceweknya Daisy (Carrey Mulligan) dengan hubungan masalalu nya sama Gasby dan bagaimana hubungan suami-istri Daisy dengan Tom (Joel Edgerton) yang tidak baik-baik saja. Banyak banget mungkin bisa kita temuin orang diposisi Carraway ini, orang-orang yang memang terasa nyaman untuk dicurhati diberi kepercayaan untuk menyimpan rahasia dan meluangkan waktunya untuk orang-orang tertentu. Carraway disini memainkan posisi dia disaat dia harus menyimpan realita perilaku Tom yang hobi selingkuh dari Daisy, sepupunya sendiri. disamping itu, Carraway juga punya posisi dimana dia menolong Gasby buat ketemu Daisy untuk meluapkan ambisi Gasby selama ini demi nunggu Daisy, Carraway berhasil luluh sama apa yang ada di pribadi Gasby. Ide brilian Fitzgerald sukses direalisasikan dalam bentuk visual, dimana pada akhir film ini, Carraway sang main role berhasil memilih dengan siapa dia harus berada disana, untuk mendukung dan memilih tidak untuk meninggalkan.
Favorit saya, Jordan Baker kyaa
Film ini berhasil menurut saya, membuat penonton memilih berada di pihak Carraway dan merasakan apa yang Carraway rasakan disetiap posisi yang ada. Penyajian Jazz Age yang melekat di Fitzgerald juga sangat terasa di film ini, dengan nuansa nuansa jazz pinggiran yang masih terdengar tetap elegan. Mungkin yang saya sayangkan dari film ini yaitu pensuasanaan pesta yang menurut saya terlalu liar untuk settingan tahun 1920an. Tapi semua terbayar dengan banyaknya line atau quotes yang serupa persis di buku nya yang buat penikmat buku ini terlebih dahulu notice dan ternostalgiakan di beberapa scene di film ini.
Film ini menyajikan lebih sisi romance dari buku aslinya. Mungkin karena pengaruh dan prestasi Luhrmann sang director yang memang ahlinya dalam visualisasi romance, yang dulu berhasil dengan indah memvisualisasikan RomeoJuliet nya Shakespears. Saya disini bukan mau membandingkan buku dan film, karena lagi-lagi saya gak mau menilai 2 karya sastra yang sebenernya gak bisa dibandingkan satu sama lain. Cuman bagi kalian yang sudah nonton dan masih penasaran dengan film ini, coba temukan euforia yang sama di bukunya. karena di buku ini, banyak alasan Carraway menjadi sangat intim dan terpengaruh sama Gasby, gimana masa lalu dan kerjaan Gasby dan Wolfsheim (Amitha Bachchan) yang sebenernya dan hubungan percintaan Carraway sama Baker (Elizabeth Debicki) yang sama sekali gak dibahas di filmnya.
Akhir kata, Saya suka dengan petualangan batin yang diciptakan Fitzgerald di novelnya dan saya juga terhibur dengan visualisasi romance ala Fitzgerald yang diciptakan Baz Luhrmann di filmnya. I totally love both !
So we beat on, boats against the current, borne back ceaselessly into the past.
(ending line in both, book and movie)
No comments:
Post a Comment