Akhir-akhir ini mulut saya panas bicara segala sesuatu tentang hewan, hutan, orang utan sampai badak jawa. Mungkin sampai pada akhirnya ada temen yang nyeletuk "konservasi banget sih anaknya". ya daripada tambah laun saya terdengar makin mengganggu, coba saya tuang disini.
Basic nya, saya dari umur 5 tahun mungkin terbiasa diasupi film-film dan buku-buku tentang binatang. Kegiatan nonton acara format Discovery Channel dan Animal Planet sama papa, udah jadi kebiasaan sejak kecil. Tapi semuanya gak langsung buat saya jadi seseorang yang berjiwa konservatif sama hewan atau lingkungan. Mungkin awalnya ya saya cuman suka informasi yang disuguhkan dari acara macam itu, hanya sebatas kesenangan menambah pengetahuan. Jujur kalau saya bilang, saat itu saya memang tidak tau apa pengaruh dari tidak adanya orang utan atau punahnya harimau jawa bagi hidup manusia.
Pernah suatu hari sambil melakukan kebiasaan kami, papa nyeletuk "Tuh tugas kamu tuh!" sembari nonton acara tentang pencemaran sungai. Yang pada akhirnya saya sepakat sama kalimat papa,
"Indikator lingkungan rusak atau enggak yang paling sederhana ya..hewan."
(diambil dari google)
Emang dasar saya anaknya curious-in-the-moment, mulai dari situ saya telusurin artikel-artikel kolerasi sama isu konservasi, pengaruh pencemaran dan hewan, ya gitu-gitu. Paling menarik sehabis baca Partikel-nya Dee sama Next-nya Michael Crichton, makin bikin saya tertarik sama isu kayak gini. Waktu mau milih tempat kerja praktek, Papa udah wanti-wanti, "Jangan takut tempat KP jadi parameter buat kamu pas dapet kerja, ambil pengalaman sama tantangannya, mumpung masih muda, cobain aja semua.." alhasil saya KP lah di perusahaan industri minyak mentah kelapa sawit. Bukan tujuan nomer satu mungkin di jurusan saya buat jadi opsi tempat kerja praktek, tapi terserah sih mau anggep saya freak, alasannya ya saya penasaran aja, ingin rasain sendiri pengaruh lahan kelapa sawit sama konservasi hutan yang banyak saya baca di artikel. alasan yang terlalu klise, tapi saya gak bohong kok ! Dengan bekal rasa penasaran, euforia sehabis baca novel Dewi Lestari dan sebuah pisau swiss army papa, akhirnya saya berangkat sendiri ke Kalimantan.
Kerja Praktek di Industri Kelapa Sawit bikin saya banyak dapet info seputar konservasi dan kondisi eksisting hutan Indonesia sekarang, bikin saya lebih terbuka dan sesekali dibuat kaget sama fakta yang emang sekarang ini terjadi. Pertama masuk lahan kelapa sawit, saya disambut sama lahan luaaaaas yang gundul dan kelihatan pohon seperti habis terbakar, pertama saya mikir itu mungkin batas hutan dengan lahan kelapa sawit tapi ternyata oh ternyata itu adalah hutan yang dibuka untuk dijadikan lahan baru untuk kebun kelapa sawit. Dari pesawat pun kalo ke arah Kalimantan dan nengok kebawah, hamparan kebun kelapa sawit lebih luas dari puluhan lapangan bola.Yang saya pelajari, kelapa sawit adalah tanaman yang emang gak susah buat ditanam di lahan gambut sekalipun, Kalau kalian punya 1 petak lahan kelapa sawit (ya minimal 4 pohon kelapa sawit), per bulan nya kalian mungkin bisa dapet berjuta-juta rupiah dari hasil olahan buah panennya. Buah kelapa sawit, hampir tiap bulan ada masa panennya, pabrik-pabrik mampu mengolah buah 24/7 nonstop. ditambah lagi produk turunan kelapa sawit bermacam-macam, mulai dari minyak goreng, sabun dsb. Gak heran kalau komoditi minyak kelapa sawit di Indonesia cukup menopang perekonomian negara, imbasnya tren Industri kelapa sawit jadi meluas, melahirkan lebih dari ratusan pabrik yang mengolah kelapa sawit di Indonesia ini, mulai dari Jawa, Sumatera, Kalimantan dan rencana pembukaan lahan baru di Papua.
(diambil dari google)
Dosen biokonservasi saya pernah cerita soal keputusan Presiden menjadikan Industri kelapa sawit sebagai Green economy. Beliau menyesali pernyataan presiden. Kenapa ? Ada banyak alasan kenapa kelapa sawit seperti menjadi musuh bagi siapapun orang yang konservatif soal lingkungan. pertama, 1 pohon kelapa sawit menyerap berliter-liter air, pengaruh langsung terhadap konservasi air tanah. kedua, olahan buah kelapa sawit sampai nantinya menjadi minyak mentah kelapa sawit hanya menghasilkan 45% CPO (crude palm oil) selebihnya adalah limbah cair. ketiga, Indonesia belum menemukan alternatif lain seputar peningkatan Industri selain menambah lahan dan imbasnya menggunduli hutan primer Indonesia. keempat, banyak satwa yang kehilangan habitat akibat pembukaan lahan dan terancam punah.
WWF dan banyak LSM lingkungan lain, sudah concern dengan industri kelapa sawit ini, berbagai usaha dibuat untuk mencapai hasil yang fair untuk ekonomi dan untuk lingkungan pastinya. Kalau kalian main-main ke pabrik kelapa sawit, kalian dikenalkan sama istilah Sustainable Palm Oil. WWF merancang RSPO (Roundtable sustainable palm oil) yang terdiri dari beberapa point, kewajiban pabrik kelapa sawit dan tanggung jawab mereka bagi lingkungan. Perusahaan yang mampu melakukan semua poin terkait diberi sebuah sertifikat pengakuan. Di Indonesia, dari 400an pabrik kelapa sawit, baru 16 saja yang punya sertifikat RSPO (Data RSPO, 2009). Apa sertifikat RSPO saja sudah cukup ? kalau kata saya, tidak. Yang saya pahami, memang suatu Industri pasti mutlak mempengaruhi lingkungan sekitar. Jadi jika suatu industri memiliki pengakuan dari WWF sekalipun bukan suatu acuan bahwa industri tersebut tidak berpotensi merusak lingkungan. WWF bukan badan berwenang yang bisa melakukan otoriter sebesar itu, fungsinya ya hanya sebagai kontrol sebuah Industri terhadap lingkungan sekitarnya dan pencegahan terjadinya kerusakan lingkungan.
hampir dari 50% penyebab kematian orang utan adalah pembukaan lahan kelapa sawit yang sebagian besar merusak habitat asli orang utan. Hutan konservasi yang hanya dibatasi parit dengan lahan kelapa sawit jadi pengaruh besar buat orang utan. Orang utan itu spesies terpintar setelah manusia, 98% gen nya mirip-mirip sama manusia. Hidup orang utan sangat besar bergantung sama lingkungan sekitarnya. 1 orang utan bergantung hidup sama 1 pohon yang ngasilin makanan buat dia, makanya orang utan bukan hewan yang hidup dengan kelompok besar. Asisten biokonservasi saya pernah cerita, kalau banyak kasus Orang utan datang ke lahan kelapa sawit dan berakhir dipukulin warga karena ngerusak lahan. Kelapa sawit, bukan konsumsi bagi orang utan, mereka tidak datang ke lahan untuk mencuri buah kelapa sawit, belum tau maksut utamanya. tapi menurut saya, dilihat dari kepintaran orang utan, itu menunjukkan 'dendam' mereka sama apa yang merugikan bagi mereka. Orang utan pun sukses bikin saya jatuh cinta sama mereka.
(diambil dari google)
Bicara soal biokonservasi, banyak hewan terancam punah akibat ulah manusia, seperti penebangan hutan dan perburuan liar. contohnya kayak Harimau sumatra, spesies paling sedikit diantara jenis harimau lain dan terancam punah. 78% penyebab kepunahannya karena perburuan liar. Dari hasil nonton Top predator nya NatGeoWild, saya tau fakta kalau apabila seekor harimau ditangkap maka cuman 2 kemungkinan dimana mereka dibawa, yang pertama, ke tempat jauh dari pemukiman dan yang kedua, ke kebun binatang. Sekarang, dimana lagi tempat jauh dari pemukiman ? hutan konservasi dan hutan habitat asli harimau sumatra sudah dekat sama pemukiman dan udah berhasil dijamah sama manusia buat kegiatan immoral, ilegal logging. satu satunya pilihan ya dibawa ke kebun binatang, dikurung dikandang besi dan dijadiin tontonan. Alasan utama kenapa harimau itu ditangkap adalah harimau tersebut sudah berani nyerang manusia. kurang dari 5 tahun terakhir, udah ada 8 kasus warga yang tewas diterkam harimau sumatra, itu jadi alasan penangkapan harimau. Padahal kalau mau diruntut akar masalah kenapa harimau nyerang manusia ya, karena ada kesalahan sama habitat aslinya, entah udah ga ada mangsa atau manusia yang dengan tidak 'sopan' masuk teritorinya. yang pasti, manusia basicly bukan mangsa buat seekor harimau. Harimau diciptakan untuk jadi predator, memangsa dan membunuh, Miris sih kalau tau seekor harimau ditangkap karena morfologinya.
Sama halnya sama badak jawa, yang tinggal sisa puluhan lagi di Indonesia. alasan utama kepunahannya ya lagi-lagi perburuan. Perburuan badak jawa banyak yang didasari untuk ngambil cula nya. Yang bisa dihargai dengan nominal rupiah yang cukup fantastis. Padahal mah kalo mau tau lebih pintar, cula badak jawa itu tidak se spesial itu, komponennya mirip sama komponen kuku manusia. Mungkin emang disini kita bisa rasain masa dimana banyak yang bilang, masa dimana manusia dibudaki dengan uang. Saya gak akan munafik bilang bahwa uang bukanlah segalanya, saya masih sangat bergantung dengan uang sampai sekarang. Tapi ya idealnya jangan sampai kita sendiri terkontrol dengan uang. jangan mengatasnamakan uang atas keserakahan nafsu manusia yang kadang susah dipikir sama akal sendiri. Okelah kalau memang minyak kelapa sawit dapat menopang perekonomian negara, menghasilkan keuntungan trilyunan tiap tahunnya, tapi bagaimana dengan masa yang akan datang disaat lahan hutan menipis tergantikan sama lahan kelapasawit yang gak habis-habisnya dibuka. Saya sendiri belum bisa membayangkan generasi baru tanpa adanya lingkungan yang kaya atau at least lingkungan yang proper. Saya sempat diceritakan, kecewa melihat dalang dibalik industri kelapa sawit yang berfikiran apabila laut Indonesia bisa dikuras, dia akan menanaminya dengan lahan kelapa sawit. disaat Industri merubah manusia jadi monster yang money-oriented. Padahal jelas di Al-Qur'an ditulis bahwa manusia adalah khalifah di bumi, di kitab dan ajaran manapun, sudah ideal bahwa tugas manusia ya mempertahankan generasi dengan menjaga alam.
Saya tidak bilang bahwa akan lebih baik jika tidak ada industri atau teknologi dan peradaban yang lebih maju, yang cenderung merusak lingkungan. Peradaban yang maju dan modern sudah sepatutnya ada dan berjalan sejalan masa ke masa, generasi ke generasi. Tapi peradaban yang maju harus disertai ilmu yang maju juga, pemikiran yang maju dan otak yang mampu menciptakan segala sesuatu menunjang keberlanjutan. Lewat salah satu mata kuliah Teknologi Konservasi Lingkungan yang saya ambil, saya tau bahwa suatu sistem hidup di alam ini punya rantai makanan dan siklus energi yang harus dipertahankan. mungkin itu salah satunya penyebab jika suatu hewan punah dan lingkungan yang tercemar, berpengaruh sama kestabilan rantai makanan dan siklus energi yang ada di bumi ini. Sampai sekarang mungkin saya belum bisa merasakan langsung pengaruh punahnya spesies bagi kehidupan saya. Tapi sekarang, saya sudah tidak perlu tau, melainkan harus percaya bahwa PASTI ada korelasi.
Perlu diingat bahwa ilmu konservasi bukan ilmu yang netral namun ilmu yang pasti berpihak. berpihak pada kelestarian dan keberlanjutan alam. Oleh karena itu, tulisan saya ini memang bersifat provokatif :)
Salam Konservasi Teman-Teman !
* tan = hutan.
No comments:
Post a Comment